4 August 2022

by Glenn Kaonang

Penggemar Musik Wajib Tahu, Inilah 15 Platform NFT Musik yang Menarik untuk Dicoba

Pesatnya perkembangan ekosistem NFT musik memicu banyaknya platform NFT yang secara khusus melayani industri musik. Berikut 15 yang wajib Anda ketahui

Ekosistem NFT musik terus berkembang pesat dalam setahun terakhir. Semakin hari semakin banyak musisi yang tertarik untuk menerapkan teknologi NFT dalam karyanya, dan mereka cukup beruntung karena ada banyak platform NFT musik yang hendak membantu.

Secara umum, hampir semua platform NFT musik hadir mengemban misi yang kurang lebih sama, yakni untuk mendisrupsi industri musik yang ada sekarang, yang kita tahu sangat bergantung pada streaming economy dan layanan Web2 yang amat tersentralisasi.

Dengan menjunjung tinggi prinsip desentralisasi, platform-platform NFT musik pada dasarnya percaya bahwa mereka dapat memberikan para musisi kebebasan lebih dalam berkarya, sekaligus di saat yang sama memberi publik kesempatan untuk lebih mengapresiasi karya-karya musisi favoritnya.

Seperti yang saya bilang, platform NFT musik saat ini ada banyak sekali, masing-masing dengan keunikannya sendiri-sendiri. Berikut adalah 15 platform NFT musik yang perlu Anda ketahui.

1. Sound

Sound merupakan platform dan marketplace NFT musik yang menaruh fokus ekstra pada aspek crowdfunding dan komunitas. Sebagai sebuah marketplace, Sound memungkinkan seorang artis untuk merilis lagu dan menjualnya sebagai NFT dengan pembagian royalti yang bervariasi.

Sound tidak menerapkan tarif platform terhadap secondary sale, akan tetapi gas fee harus ditanggung oleh pengguna masing-masing. Sound menggunakan Ethereum sebagai infrastruktur blockchain-nya, namun pengguna juga punya opsi untuk membayar menggunakan fiat. Sejak meluncur di tahun 2021, Sound mengklaim telah membantu menyalurkan uang dari para penggemar ke artis sebesar lebih dari $3 juta.

Guna membangun komunitas yang suportif, Sound mempersilakan para pemilik NFT untuk menyematkan komentar pada lagu-lagu yang dibelinya, sehingga mereka pada dasarnya bisa pamer ke dunia kalau merekalah yang lebih dulu tahu soal artis yang dibicarakan. Namun seandainya NFT-nya berpindah tangan, maka komentarnya pun juga akan diganti dengan komentar sang pemilik barunya.

2. Pianity

Pianity merupakan platform NFT musik yang sepenuhnya berfokus pada aspek kelangkaan atau scarcity. Hampir semua NFT musik yang disuguhkan Pianity merupakan konten edisi terbatas dengan empat tingkat kelangkaan: Rare (1.000 edisi), Epic (100 edisi), Legendary (10 edisi), dan Unique (1 edisi).

Pianity mengandalkan Arweave, blockchain unik yang memosisikan dirinya sebagai cloud storage-nya era Web3. Pianity tidak menerapkan tarif minting maupun gas fee, akan tetapi mereka akan mengambil 20% dari nilai penjualan pertama setiap NFT. Selanjutnya, artis akan mendapatkan 8% dari setiap penjualan di secondary market.

3. Nina

Oleh pengembangnya, Nina dideskripsikan sebagai infrastruktur digital untuk membeli, menjual, dan mendengarkan musik secara online. Cara kerja Nina sangatlah simpel: untuk mulai berjualan, artis dapat mengunggah lagunya ke Nina dan membayar biaya transaksi awal, yang besarannya tergantung ukuran file yang diunggah.

Dari situ, sang artis dibebaskan mengatur harga jual NFT-nya, berapa jumlah edisinya, dan berapa persentase komisi yang didapat dari secondary sale (secara default, Nina akan menerima 1,5% dari secondary sale). Nina dibangun di atas blockchain Solana dan Arweave, menjadikannya sebagai platform NFT musik yang sangat efisien.

4. Decent

Seperti kebanyakan platform NFT musik lainnya, Decent juga dibuat dengan tujuan supaya artis bisa diperlakukan secara adil terkait pembagian royalti, sekaligus untuk memberi para penggemar kesempatan untuk ikut menikmati 'buah' dari investasi yang dilakukannya pada artis favoritnya.

Satu keunikan Decent adalah opsi bagi para artis untuk menentukan periode komitmen dari para penggemarnya. Hal ini menciptakan struktur ekonomi yang cukup menarik, yang memungkinkan para kolektor untuk pada dasarnya mendapatkan bunga selama periode komitmennya berlangsung. Dengan begitu, nilai royalti yang didapat nantinya bisa naik mengikuti popularitas sang artis, dan itu semua pada akhirnya juga bisa mempengaruhi nilai NFT musiknya di secondary market.

Blockchain yang digunakan oleh Decent adalah Ethereum, dan pengguna biasanya perlu membayar sekitar 0,05 - 0,2 ETH untuk minting sebuah NFT di Decent.

5. Async Art

Async Art pada mulanya hanya menjadi marketplace NFT khusus generative art, namun sekarang mereka juga menerapkan konsep yang serupa untuk NFT musik. Di platform ini, artis bisa menyematkan elemen generatif pada karya musiknya dengan menghadirkan beberapa variasi track. Jadi ketimbang sebatas menjual sebuah lagu dalam jumlah tertentu, artis bisa menawarkan banyak variasi dari satu lagu yang sama.

Operasional Async Art didukung oleh Ethereum, dan Async Art akan mengambil komisi sebesar 20% dari penjualan perdana setiap NFT. Untuk secondary sale, Async Art akan menerima 1%, sementara kreator menerima 10%.

6. Catalog

Secara garis besar, Catalog sebenarnya lebih didesain sebagai komunitas ketimbang platform NFT musik. Hal ini bisa dilihat dari kebijakannya untuk tidak mengambil komisi dari penjualan artis. Malahan, artis memiliki opsi untuk menetapkan komisi yang bisa didapat oleh para kolektor dari secondary sale, sehingga yang bakal 'kecipratan' setiap kali NFT-nya terjual di secondary market bukan cuma sang artis itu saja.

Setiap NFT di Catalog hanya berjumlah satu dan akan tersimpan selamanya di Ethereum. Lagunya boleh tersedia di mana-mana, tapi pemilik NFT-nya tidak akan pernah lebih dari satu orang. Semua lagu di Catalog juga dapat di-stream sepenuhnya secara cuma-cuma.

7. Glass

Glass merupakan platform NFT yang sangat spesifik karena hanya befokus pada video musik saja. Meski baru, Glass sudah membangun reputasi yang cukup kuat dan banyak dipercaya kalangan artis ternama. Salah satunya adalah Timbaland, yang merilis NFT video musik di bawah alias baru "Congo" melalui Glass.

Glass memercayakan basis fondasinya kepada Ethereum dan Solana, namun ia juga memanfaatkan Arweave untuk menyimpan aset videonya. Hal ini juga berarti artis harus membayar sendiri biaya penyimpanan di Arweave plus biaya minting-nya. Untuk tarif platform, Glass akan mengambil komisi 10% dari setiap penjualan pertama suatu aset NFT.

8. Mint Songs

Mint Songs memasarkan dirinya sebagai platform NFT musik yang sangat cocok buat para artis yang ingin menjalankan kampanye yang amat spesifik. Apapun kebutuhan dan visi sang artis, Mint Songs siap memfasilitasinya hingga menjadi satu edisi NFT musik yang eksklusif (1/1).

Selain menggunakan jaringan Ethereum dan Polygon, Mint Songs juga memanfaatkan protokol marketplace milik Zora. Platform ini tidak akan menarik komisi dari para artis, akan tetapi masing-masing artis harus menanggung sendiri gas fee NFT yang di-mint.

9. RCRDSHP

RCRDSHP adalah marketplace NFT musik yang bisa dituju seandainya Anda merupakan penggemar musik elektronik. Lebih menarik lagi, NFT musik yang dijual RCRDSHP biasanya tidak hanya berbentuk lagu saja, melainkan ada juga yang mencakup klip video, aset visual, konten di belakang layar, dan berbagai penawaran eksklusif dari masing-masing artis.

Blockchain yang menenagai RCRDSHP adalah Flow, blockchain yang sama yang digunakan oleh proyek NFT populer NBA Top Shot. Artis akan dikenai komisi di setiap penjualan pertama NFT-nya, akan tetapi besarannya tergantung konten apa saja yang diikutsertakan. Dalam enam bulan pertamanya, RCRDSHP mengklaim para artisnya sudah menerima pemasukan sebesar lebih dari $600 ribu dari para kolektor.

10. SoundMint

Seperti Async Art tadi, SoundMint juga fokus menyuguhkan koleksi NFT musik generatif, namun dengan cara kerja yang sedikit berbeda. Di SoundMint, semua komponen musik beserta visualnya memang tetap dibuat oleh masing-masing artis, akan tetapi semua itu kemudian dipadupadankan menggunakan algoritma yang kompleks hingga menjadi ratusan atau bahkan ribuan edisi NFT musik yang berbeda.

SoundMint dibangun di atas blockchain Ethereum, dan sayangnya ini juga berarti ada gas fee yang harus ditanggung saat minting. SoundMint juga menetapkan tarif platform untuk setiap penjualan perdana, namun tidak ada informasi besarannya berapa.

11. Sturdy Exchange

Sturdy Exchange menjanjikan sebuah platform NFT musik terkurasi, dan mereka tidak segan untuk bermitra dengan para artis dari proses perencanaan awal hingga NFT-nya berhasil terpajang di marketplace. Setidaknya untuk saat ini, Sturdy Exchange tergolong sangat selektif dalam memilih artis yang hendak diajak berkolaborasi.

Basis infrastruktur Sturdy Exchange ditopang oleh blockchain Flow, dan itu berarti tarif yang harus dibayar setiap kali minting relatif rendah. Demi memudahkan para kolektor, Sturdy Exchange menawarkan opsi pembayaran yang fleksibel, yang mencakup mata uang crypto sekaligus mata uang tradisional.

12. Royal

Royal adalah platform NFT musik yang digagaskan oleh DJ/produser musik elektronik kenamaan asal Amerika Serikat, 3LAU. Dari segi kuantitas, jumlah koleksi konten yang tersedia di Royal memang belum banyak, sebab tidak sembarang orang bisa menjual NFT musiknya di Royal. Sebaliknya, 3LAU justru terlibat langsung dalam pemilihan artis dan lagu yang dijual.

Sejauh ini sudah ada beberapa artis kenamaan yang lagu-lagunya diabadikan di blockchain Ethereum dan Polygon oleh Royal, di antaranya rapper Nas dan The Chainsmokers. Bisa dibayangkan betapa menariknya proposisi mendapat royalti dari lagu-lagu gubahan musisi-musisi kelas dunia tersebut.

13. OneOf

Seperti halnya Royal, OneOf juga merupakan platform NFT musik yang sangat bergantung pada aspek kurasi, serta yang menjadi rumah atas NFT besutan artis-artis ternama. OneOf juga mengandalkan blockchain Polygon demi memaksimalkan efisiensi, akan tetapi mereka juga punya koleksi konten yang di-mint di blockchain Tezos.

Menjelang akhir tahun lalu, OneOf sempat menjadi buah bibir ketika platformnya menjadi tempat pelelangan NFT musik dari Whitney Houston. NFT berisikan demo lagu yang direkam penyanyi legendaris tapi tidak pernah dirilis itu akhirnya laku senilai $1 juta.

14. Serenade

Serenade merupakan platform NFT musik baru yang ditenagai oleh blockchain Polygon. Serenade baru-baru ini mendapat sorotan setelah berhasil menggandeng band rock asal Inggris, Muse, untuk meluncurkan album barunya sebagai NFT di Serenade.

Yang cukup istimewa, album musik NFT Muse ini hadir dalam format bernama "Digital Pressing," format rancangan Serenade yang telah diakui secara resmi oleh Official Charts Company. Dengan kata lain, membeli album musik NFT yang menggunakan format ini berarti kita bisa langsung berkontribusi terhadap performanya di top chart.

15. Netra

Terakhir, ada Netra yang merupakan produk lokal. Seperti Royal dan platform lain yang sejenis, Netra juga menjual NFT musik dengan sistem royalty sharing, yang berarti para pemilik NFT bisa mendapatkan penghasilan dari performa lagu yang dimilikinya. Satu-satunya perbedaan tentu saja adalah, semua konten di Netra berasal dari musisi-musisi kebanggaan tanah air.

Netra dibangun di atas blockchain Polygon, akan tetapi baru-baru ini Netra juga telah menghadirkan opsi pembayaran menggunakan rupiah via berbagai metode tradisional seperti transfer akun virtual, QRIS, dan bahkan via kasir Indomaret atau Alfamart.

Gambar header: Travis Yewell via Unsplash.