Accenture: Kelangkaan Chip akan Mulai Mereda di 2024

Untuk beberapa produk, seperti konsol, kelangkaan telah mulai teratasi di tahun 2023

Beberapa tahun belakangan, kelangkaan chip menjadi salah satu masalah yang mempengaruhi berbagai industri, termasuk konsol game. Untuk mengetahui respons perusahaan semikonduktor dalam menghadapi masalah kelangkaan chip, Accenture mengadakan survei pada 300 eksekutif senior di perusahaan semikonduktor.

Berdasarkan survei tersebut, sebanyak 76% eksekutif memperkirakan, masalah kelangkaan suplai chip akan mulai mereda pada 2024. Meskipun begitu, Accenture memperkirakan, perusahaan-perusahaan semikonduktor tetap harus siap dalam menghadapi berbagai masalah baru, seperti keadaan ekonomi makro dan geopolitik yang kurang kondusif dan kesulitan dalam mencari sumber daya manusia yang mumpuni.

Berikut ulasan lengkap dari laporan Accenture.

Masalah Kelangkaan Chip yang Membaik

Perusahaan semikonduktor punya peran penting dalam inovasi teknologi. Namun, beberapa tahun belakangan, industri semikonduktor justru mengalami berbagai masalah. Salah satunya, krisis kelangkaan chip. Masalah ini memaksa para manufaktur semikonduktor untuk bisa membuat jaringan suplai yang mumpuni demi memenuhi permintaan konsumen yang cenderung naik.

Menurut survei Accenture, kelangkaan suplai chip ini akan mulai mereda di 2024. Untuk sejumlah produk, masalah kelangkaan tersebut bahkan sudah mulai teratasi di tahun ini. Pasalnya, permintaan konsumen akan beberapa produk elektronik cenderung menunjukkan penurunan. Hal ini terjadi karena konsumen khawatir akan terjadi resesi dan inflasi.

PlayStation 5 dan Xbox Series X sempat mengalami masalah kelangkaan. | Sumber: Tom's Guide

Contoh produk elektronik yang mengalami masalah suplai dua tahun terakhir adalah konsol terbaru: Sony PlayStation 5 dan Microsoft Xbox Series X|S. Sejak diluncurkan di 2020, kedua konsol itu dicari oleh banyak orang. Hanya saja, stok keduanya sering habis.

Kepada VentureBeatSyed Alam, Global High-Tech Lead, Accenture mengatakan, "Saya rasa, sekarang, konsumen masih menginginkan PlayStation 5 dan Xbox Series X|S. Sebelum ini, demand dari konsumen memang mengalami naik berkat keadaan ekonomi yang kondusif. Namun, saat ini, keadaan ekonomi menjadi kurang baik, yang membuat permintaan konsumen turun. Alhasil, masalah kelangkaan telah membaik."

Tak hanya konsol, permintaan konsumen untuk Graphics Processing Units (GPU) juga menunjukkan tren turun. Hal ini terjadi karena crypto mining tidak lagi terlalu populer.

Walaupun masalah kelangkaah suplai telah mulai teratasi, perusahaan-perusahaan semikonduktor teatp harus siaga dalam menghadapi berbagai masalah lain. Contohnya, kemungkinan inflasi dan keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Para eksekutif dari perusahaan-perusahaan semikonduktor bahkan menganggap, kurangnya SDM merupakan masalah yang lebih serius dari masalah geopolitik.

Chips and Science Act disahkan pada 2022. | Sumber: Protocol

Di Amerika Serikat, kekurangan SDM dipicu oleh disahkannya Chips and Science Act pada 2022. Peraturan ini bertujuan untuk mendorong perusahaan semikonduktor -- seperti Intel, Taiwan Semiconductor Manufacturing (TSM), dan Samsung -- untuk membuat pabrik di Amerika Serikat. Masalahnya, Amerika Serikat tampaknya tidak bisa memenuhi kebutuhan perusahaan semikonduktor akan talenta yang cakap. Dan masalah serupa juga dihadapi oleh Uni Eropa.

Perubahan kebijakan di Amerika Serikat ini merupakan isu geopolitik yang akan memberikan dampak besar pada industri semikonduktor, jelas Alam dari Accenture. Dia menjelaskan, di masa depan, akan ada banyak pabrik semikonduktor yang dibangun di Amerika Serikat dan Eropa. Lebih lanjut, Alam menjelaskan, perubahan kebijakan di Amerika Serikat terjadi karena kini, mereka punya prioritas yang berbeda.

"Dulu, prioritas Amerika Serikat adalah untuk meningkatkan efisiensi dan menekan biaya dari perusahaan semikonduktor. Tujuan tersebut bisa dicapai berkat globalisasi," kata Alam pada VentureBeat. "Sekarang, selain biaya dan efisiensi, perusahaan semikonduktor juga harus mempertimbangkan lokasi dan keadaan geopolitik sebelum membangun pabrik."

Kini, Amerika Serikat ingin agar pabrik semikonduktor dibangun di Amerika Serikat dan bukannya di Tiongkok atau negara lain. Namun, hal ini justru menyebabkan masalah baru: kekurangan talenta yang berkualitas. Para eksekutif perusahaan semikonduktor mengatakan, kekurangan SDM mumpuni bisa menyulitkan mereka untuk berinovasi.

"Satu hal yang harus diingat, kita memerlukan SDM berkualitas untuk bisa menjalankan pabrik," kata Alam. "Jadi, kita harus terus fokus untuk menyediakan talenta yang mumpuni, agar ekosistem semikonduktor bisa tumbuh."

Persiapan Perusahaan Semikonduktor Dalam Menghadapi Masalah Baru

Lanskap industri semikonduktor tengah berubah. Dan 65% eksekutif percaya, perubahan ini akan mempengaruhi Hukum Moore. Menurut Hukum Moore, jumlah transistor dalam integrated circuit akan naik dua kali lipat setiap dua tahun. Per 2024, Hukum Moore diperkirakan akan mengalami perlambatan.

Moore's Law diperkirakan akan mulai mengalami perlambatan di 2024. | Sumber: VentureBeat

Sementara itu, 56% eksekutif perusahaan semikonduktor menyebutkan, cara terbaik untuk melindungi industri semikonduktor adalah dengan memperkuat perlindungan akan Intellectual Property (IP). Penggunaan Artificial Intelligence (AI) dalam proses pengembangan semikonduktor menjadi hal lain yang menarik perhatian para eksekutif senior.

Sebanyak 49% responden survei Accenture menyebutkan, mereka akan mulai menggunakan atau meningkatkan penggunaan AI dalam bidang analitik. Sementara 52% responden mengungkap, perusahaan mencoba untuk menyeimbangkan penggunaan AI dan tenaga kerja manusia dalam pengembangan chip. Terakhir, 21% responden mengaku bahwa sebagian besar proses pengembangan chip diserahkan pada AI.

Dalam laporannya, Accenture menyebutkan, untuk menghadapi berbagai masalah di masa depan, perusahaan semikonduktor harus memfokuskan investasi mereka ke bidang yang memang bisa mendorong pertumbuhan perusahaan. Beberapa bidang yang disebutkan oleh Accenture antara lain metaverse, digital health, dan mobility.

Kategori yang dipercaya dapat menumbuhkan industri semikonduktor. | Sumber: VentureBeat

Sebanyak 67% responden mengatakan, semikonduktur merupakan teknologi paling penting dalam membangun metaverse. Sementara 44% responden menyebutkan, mereka akan mengalokasikan lebih dari 20% total dana produksi semikonduktor untuk metaverse pada 2024.

Contoh perusahaan semikonduktor yang mengubah strategi mereka terkait metaverse adalah AMD. Di 2020, AMD tidak membahas tentang metaverse sama sekali. Namun, pada 2022, mereka mulai menunjukkan keikutsertaan mereka dalam mengembangkan metaverse. Di Mei 2022, Meta mengumumkan bahwa mereka bekerja sama dengan AMD untuk mengembangkan Radio Access Unit (RAN) yang bisa digunakan untuk mengakses metaverse.

Selain metaverse, industri digital health juga punya potensi untuk membuat industri semikonduktor tumbuh. Faktanya, industri fitnesstrackers dan smartwatch punya potensi paling besar dalam menumbuhkan industri chip. Karena, jika perusahaan semikonduktor dapat meningkatkan kualitas jaringan pada chip yang mereka buat, hal ini akan meningkatkan kualitas dari fitness trackers dan smartwatch.

Terakhir, industri lain yang harus diperhatikan oleh perusahaan semikonduktor adalah mobility. Salah satu masalah terbesar yang dihadapi oleh industri mobility adalah kelangkaan chip dan harga chip yang meroket. Karena itulah, 93% eksekutif dari perusahaan semikonduktor percaya, perusahaan produsen mobil harus bekerja sama dengan perusahaan teknologi dan semikonduktor untuk mengembangkan teknologi mobility generasi berikutnya.

Sumber header: CNBC