Apa Dampak IGDX Academy ke Industri Game Indonesia?

IGDX Academy bisa membantu studio game lokal untuk belajar dalam pembuatan game dan bisnis

Pada 2022, jumlah gamers di Indonesia diperkirakan mencapai 185 juta orang. Sementara data dari Statista menunjukkan, total pemasukan industri di Tanah Air mencapai US$1,45 miliar. Hal ini menjadi bukti bahwa industri game Indonesia sebenarnya cukup menguntungkan. Sayangnya, sebagian besar dari pasar game Indonesia dikuasai oleh game-game buatan developer asing.

Memang, tidak semua developer Indonesia memutuskan untuk menargetkan pasar lokal. Dan tidak ada yang salah dengan keputusan itu. Namun, terlepas dari siapa yang menjadi target pasar developer lokal, tidak bisa dipungkiri, kemampuan developer Indonesia masih kalah dari developer di negara-negara yang game industrinya sudah matang, seperti Jepang, Korea Selatan, atau Amerika Serikat.

Untuk meningkatkan kemampuan developer Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bekerja sama dengan Asosiasi Game Indonesia (AGI) untuk mengadakan Indonesia Game Developer Exchange (IGDX). IGDX sendiri hadir dengan berbagai program. Salah satunya, IGDX Academy.

Awal Mula IGDX Academy

Dalam situs resmi IGDX, dijelaskan bahwa IGDX merupakan acara resmi tahunan yang diadakan oleh Kominfo dan AGI dengan tujuan untuk meningkatkan kapabilitas developer Indonesia. IGDX pertama kali diadakan pada 16 Desember 2019 di Binus University, Bandung. Ketika itu, IGDX hanya memiliki dua program: Super Conference dan Super Class. Sementara IGDX Academy baru hadir pada 2021.

IGDX 2019 di Binus University. | Sumber: Esportsnesia

Febrianto Anwari, Deputy of Business Development, AGI mengatakan, ide untuk IGDX Academy berawal dari AGI dan mendapatkan dukungan dari Kominfo. Ide itu muncul karena AGI sadar, di industri game Indonesia, fase mentoring untuk game developer masih sangat minim. Program mentoring bisa bermanfaat untuk studio game di berbagai posisi, mulai dari developer yang sudah punya produk dan ingin mengembangkan bisnisnya, sampai developer yang memang sudah punya nama tapi ingin naik ke level lebih tinggi.

"IGDX Academy juga sejalan dengan roadmap AGI untuk menghadirkan program-program dari hulu ke hilir untuk developer game," kata Febri pada Hybrid.co.id melalui email. Lebih lanjut, dia menjelaskan, "Alasan AGI membuat IGDX Academy adalah karena kami ingin melihat lebih banyak studio yang naik level dan bisnisnya berkembang dengan lebih cepat di bawah bimbingan para mentor."

Febri mengungkap, IGDX Academy diharapkan bisa diikuti oleh developer yang sudah selesai masa program inkubasi awal. Setelah selesai di IGDX Academy, para developer itu diharapkan akan bisa masuk ke event bisnis, seperti IGDX Business dan Games From Indonesia. Biasanya, di acara bisnis, tujuan developer game tidak lagi fokus pada proses pengembangan game, tapi untuk mencari deal bisnis yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Acara IGDX Business di 2022. | Sumber: IGDX

Ketika ditanya tentang tantangan dalam menggelar IGDX Academy, Febri menyebutkan, mencari mentor yang cocok jadi salah satu masalah yang AGI hadapi, apalagi, mentor internasional. "Kesulitan lainnya adalah mencocokkan jadwal mentoring antara mentor dengan mentee. Apalagi di tahun 2022 sudah mulai banyak event offline yang dihadiri baik oleh para mentor maupun mentee," ujarnya.

Setelah berjalan sejak 2021, IGDX Academy cukup berhasil dalam mencapai tujuan AGI. Febri bercerita, beberapa peserta Academy telah berhasil mendapatkan publisher berkat ilmu atau koneksi dari mentor. Selain itu, juga ada beberapa developer lulusan IGDX Academy yang bisa lolos seleksi program pengembangan bisnis luar negeri, seperti Gamescom. Sayangnya, Febri tidak bisa memberikan nama dari developer yang dia maksud atas dasar Non-Disclosure Agreement (NDA).

Proses Pencarian Mentor dan Mentee

Pendaftaran untuk IGDX Academy 2023 telah dibuka. Dari Indonesia, salah satu tokoh yang ditunjuk sebagai mentor adalah Cipto Adiguno, Interim CEO di Agate International. Ketika ditanya tentang bagaimana cara AGI untuk memilih mentor, Febri menjelaskan, rekam jejak karir dan CV merupakan dua hal yang menjadi pertimbangan. Selain itu, mentor yang dipilih juga disesuaikan dengan kebutuhan para developer game yang menjadi peserta.

Beberapa tokoh yang menjadi mentor di IGDX Academy tahun ini. | Sumber: IGDX

Febri menjelaskan, untuk mendaftar sebagai peserta IGDX Academy, AGI membuka registrasi selama rentang waktu tertentu. Saat mendaftar, developer juga akan diminta untuk mengisi formulir yang menjelaskan tentang profil studio, mendeskripsikan tantangan yang sedang dihadapi, dan harapan dari mentor yang didapat. Selain itu, developer juga harus menjelaskan tentang pitch deck yang akan mereka sampaikan.

Setelah itu, AGI akan memilih developer yang bisa masuk dalam IGDX Academy. Proses pemilihan ini melalui dua tahap, yaitu administrasi dan wawancara. Kemudian, AGI akan menyerahkan daftar developer yang sudah disetujui untuk menjadi mentee pada para mentor. Para mentor akan diminta untuk memilih lima developer sebagai prioritas mentee mereka. Setelah itu, AGI yang akan memasangkan tiga mentee pada setiap mentor, berdasarkan daftar prioritas yang mentor buat.

Untuk tahu sudut pandang mentor terkait program IGDX, saya menghubungi Cipto dari Agate. Dia menceritakan, alasan dia setuju untuk menjadi mentor di IGDX Academy adalah karena dia memang ingin membantu para developer junior untuk berkembang. Selain itu, dia merasa, menjadi mentor juga akan membantunya untuk mengasah ilmu miliknya yang sudah lama tidak terpakai.

Cipto Adiguno dari Agate. | Sumber: Agate

"Misal, di tahun lalu, selain mengajarkan strategi bisnis, saya juga mengajarkan desain naratif, sesuatu yang sudah lama tidak saya lakukan secara profesional," ujar Cipto. Sebagai mentor, dia menjelaskan, dia akan mempersiapkan bahan sesuai dengan kebutuhan dari mentee yang dipasangkan dengannya.

Lebih lanjut, Cipto mengatakan, dia juga biasanya menyiapkan pertanyaan dasar terkait tujuan dan harapan dari para peserta IGDX Academy. "Dari hasil diskusi, saya biasanya akan memberikan tugas untuk dibahas di pertemuan selanjutnya," katanya.

Ketika ditanya tentang tantangan sebagai mentor, Cipto mengungkap, beradaptasi dengan para mentee adalah masalah terbesar yang dia hadapi. "Selain mengakomodasi kebutuhan mereka, saya juga perlu menyesuaikan kepribadian para pemimpinnya, yang akan sering berkomunikasi dengan saya," ungkapnya. "Beberapa mentee mungkin memiliki pendirian teguh. Sementara yang lainnya cenderung plin-plan. Tapi, saya harap, saya dapat memberikan impact ke semuanya."

Cipto juga berbagi tentang harapannya untuk para mentee dalam IGDX Academy. "Saya harap, peserta bisa mendapatkan manfaat dari IGDX Academy, yang langsung berpengaruh pada kegiatan mereka dalam membuat atau berbisnis dalam game," ujarnya. Beberapa contoh manfaat yang dia sebutkan antara lain memiliki kejelasan dan keyakinan akan apa yang mereka lakukan, kepercayaan diri akan arah produk dan perusahaan, dan bisa mendapatkan publishing atau service deal.

IGDX 2022. | Sumber: Kominfo

Febri mengungkap, tujuan AGI mengadakan IGDX Academy adalah untuk mendorong terciptanya studio-studio game yang bisa bertahan dan bisnisnya bisa berkembang. Senada dengan Febri, Cipto juga mengatakan, IGDX dapat mendorong pertumbuhan industri game Indonesia dengan membantu developer dalam membangun bisnis yang tidak hanya menguntungkan, tapi juga bisa bertahan dalam jangka panjang.

Cipto mengatakan, berdasarkan survei dan analisis AGI, salah satu hal yang diperlukan oleh developer game adalah dukungan para ahli berpengalaman, yang bisa memberikan arahan dan meningkatkan kualitas dari game yang dihasilkan oleh developer lokal.

"Banyak teman yang meskipun bisa membuat game berkualitas bagus, tidak punya tujuan, visi/misi, atau strategi jang menengah-panjang yang jelas," ujar Cipto. Dan disinilah, IGDX Academy dan para mentor bisa membantu.