Blizzard dan NetEase Putus, Bagaimana Nasib Tim dan Atlet Esports di Tiongkok?

Di Tiongkok, ada empat tim Overwatch profesional yang menjadi bagian dari Overwatch League yang menggunakan sistem franchise.

Untuk merilis game di Tiongkok, sebuah perusahaan game harus bekerja sama dengan perusahaan game lokal. Selama 14 tahun, Activision Blizzard mempercayai NetEase untuk bertanggung jawab atas game-game mereka di Tiongkok. Namun, pada November 2022, keduanya memutuskan untuk menghentikan hubungan kerja sama mereka.

Bagi kedua perusahaan, pemutusan hubungan kerja sama ini akan berpengaruh pada pemasukan mereka. Sementara bagi gamers di Tiongkok, hal ini berarti, mereka tidak lagi bisa memainkan game-game Blizzard. Per 24 Januari 2023, server dari berbagai game Blizzard untuk gamers Tiongkok dimatikan.

Mengingat Tiongkok merupakan pasar game terbesar di dunia, pastinya, Blizzard akan mencari rekan baru untuk merilis game mereka di negara tersebut. Meskipun begitu, proses peluncuran ulang game-game Blizzard akan membutuhkan waktu selama berbulan-bulan atau mungkin, bertahun-tahun.

Hal ini tidak hanya mempengaruhi para gamers kasual, tapi juga atlet esports. Apalagi karena Tiongkok juga merupakan pasar esports terbesar di dunia.

Dampak ke Tim Esports Overwatch dan Pemain Hearthstone

Pada 17 Januari 2023, melalui situs media sosial Weibo, Blizzard menawarkan untuk memperpanjang kontrak dengan NetEase selama 6 bulan. Selama itu, Blizzard akan mencari rekan baru untuk merilis game mereka di Tiongkok. NetEase menolak tawaran tersebut. Mereka merasa, tawaran Blizzard itu tidak masuk akal.

Selain itu, NetEase juga sudah terlanjur memecat tim NetEase Blizzard, yang berjumlah hampir 100 orang. Mereka juga telah menutup kantor cabang untuk Blizzard, menurut laporan Esports Advocate. Tak berhenti sampai di situ, NetEase juga menghancurkan patung palu Warcraft yang ada di kantor mereka dan menyiarkannya di media sosial. Dengan ini, tampaknya hubungan antara NetEase dan Blizzard sudah tidak lagi bisa diselamatkan.

NetEase menghancurkan patung palu Warcraft yang ada di kantor mereka. | Sumber: Gameranx

"Sulit untuk mengetahui siapa yang salah di sini," kata Daniel Ahmad, Senior Analyst dari perusahaan riset, Niko partners, pada Esports Insider. "Blizzard mengatakan, pasar Tiongkok hanya memberikan kontribusi sebesar 3% dari total pemasukan perusahaan... Jadi, bisa saja, mereka memutuskan hubungan dengan NetEase karena mereka berpikir mereka bisa mendapatkan kontrak kerja sama yang lebih menguntungkan."

Masalahnya, pemutusan hubungan kerja sama antara NetEase dan Blizzard tidak hanya mempengaruhi kedua perusahaan dan gamers kasual di Tiongkok, tapi juga ekosistem esports, khususnya untuk game-game Blizzard, seperti Overwatch dan Hearthstone.

Di Tiongkok, ada empat tim Overwatch profesional: Chengdu Hunters, Guangzhou Charge, Hangzhou Spark, dan Shanghai Dragons. Mengingat Overwatch League menggunakan sistem franchise, hal itu berarti, keempat tim Tiongkok ini telah membeli "lisensi" untuk ikut serta dalam Overwatch League.

Jika Overwatch tidak lagi bisa dimainkan di Tiongkok, maka empat tim profesional ini pun tidak lagi bisa ikut serta dalam Overwatch League.

Shanghai Dragons merupakan tim milik NetEase. | Sumber: Dot Esports

Selama ini, Overwatch League terbagi ke dalam dua divisi: West dan East. Tim-tim asal Tiongkok berlaga di divisi East. Brad Crawford, Senior Director of Global Communications, Activision Blizzard Esports mengatakan, di 2023, Overwatch League memang akan mengalami sejumlah perubahan. Namun, dia meyakinkan, liga tersebut masih akan menyertakan tim-tim dari divisi West dan East.

"Di balik layar, kami semua bekerja keras dalam menentukan detail dari rencana kami," kata Crawford. "Kami akan mengungkap rencana kami ke para fans dalam waktu beberapa minggu ke depan. Kami tidak sabar untuk menyelenggarakan musim ke-6 dari OWL dan liga ini masih akan mengadu semua tim-tim profesional dari East dan West."

Crawford menambahkan, Activision Blizzard akan merilis video Community Update di minggu ini untuk menjelaskan dampak dari putusnya hubungan dengan NetEase bagi komunitas di Tiongkok. Sementara itu, pada 23 Januari 2023, Chengdu Hunters, salah satu tim Overwatch asal Tiongkok, membuat tweet yang menyebutkan: "Selamat tinggal dan sampai jumpa lagi."

Selain Overwatch, Hearthstone juga terkena dampak dari pemutusan hubungan kerja sama antara Blizzard dan NetEase. Pada 20 Januari 2023, Blizzard mengungkap rencana mereka untuk skena esports Hearthstone di tahun ini.

Salah satu perubahan paling signifikan yang Blizzard buat adalah penurunan total hadiah dari turnamen-turnamen Hearthstone, dari US$1,5 juta pada 2022 menjadi sekitar US$500 ribu pada 2023. Blizzard juga tidak akan melakukan siaran regional dari kompetisi Hearthstone di 2023. Namun, mereka akan kembali menyiarkan pertandingan Hearthstone di Twitch, setelah kontrak siaran eksklusif dengan YouTube habis.

Ancaman VALORANT dan Potensi Pemblokiran Konten

Kabar buruk bagi Blizzard, pada akhir Desember 2022, Riot Games telah mendapatkan lisensi dari pemerintah Tiongkok untuk meluncurkan VALORANT. Dengan begitu, VALORANT bisa mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh Overwawtch. Apalagi, karena genre shooter cukup populer di kalangan gamers Tiongkok.

"VALORANT memang punya kesempatan untuk merengkuh gamers di Tiongkok," kata Ahmad. "Bagi Riot, sekarang adalah waktu yang tepat, karena Overwatch sudah tidak lagi bisa dimainkan. Jadi, ada ruang bagi shooter game dengan hero style." Peluncuran VALORANT bukan satu-satunya masalah yang harus dihadapi oleh Blizzard. Putusnya hubungan mereka dengan NetEase tidak hanya akan mempengaruhi skena esports profesional di Tiongkok, tapi juga siaran konten game.

Di Tiongkok, para streamers tidak boleh menayangkan konten dari game yang tidak memiliki lisensi. Artinya, secara teori, game-game Blizzard tidak boleh ditayangkan di platform streaming game Tiongkok. Meskipun begitu, apa yang terjadi di lapangan agak berbeda.

Streamers juga dilarang menayangkan konten dari game yang tak punya lisensi. | Sumber: KrAsia

Ahmad menjelaskan, seharusnya, sebuah game memang harus mendapatkan lisensi dari pemerintah Tiongkok sebelum ia bisa dirilis, dimonetisasi, atau disiarkan di platform streaming. "Tapi, orang-orang di Tiongkok tetap bisa mengakses game-game yang tidak memiliki lisensi dari pemerintah," ujarnya. "Mereka juga masih bisa menonton konten dari game yang belum mendapatkan lisensi."

Menurut Ahmad, konten dari game yang belum mendapatkan lisensi akan dilarang untuk ditayangkan jika alasan game itu dilarang dirilis adalah karena mengandung konten terlarang.

Dia memperkirakan, walau secara resmi game-game Blizzard tak lagi bisa dimainkan, konten dari game-game tersebut tidak akan menghilang begitu saja dari platform streaming di Tiongkok. Hanya saja, kemungkinan, siaran untuk game-game Blizzard tidak lagi datang dari NetEase, tapi ditayangkan oleh streamers atau influencers.

Sumber header: South China Morning Post