Niko Partners: Jumlah Gamers di Asia-10 akan Tembus 1 Miliar di 2026

Industri game di kawasan Asia-10 diperkirakan masih akan tumbuh hingga 2026

Bagi sebagian gamers di Asia, bermain game lebih dari sekadar hobi, tapi juga merupakan alat sosialisasi. Tak hanya itu, bermain game bahkan menjadi pekerjaan profesional untuk segelintir gamers.

Di tahun 2022, industri game, khususnya di kawasan Asia, masih mengalami pertumbuhan. Walau harus diakui, pertumbuhan industri game tahun ini tidak sebesar harapan. Ada beberapa faktor yang menghambat pertumbuhan industri game pada 2022. Berikut ulasan lengkapnya.

Keadaan Industri Game di Negara-Negara Asia-10

Niko Partners baru saja merilis laporan tentang keadaan industri game untuk negara-negara yang masuk dalam kawasan Asia-10 di 2022. Sepuluh negara tersebut antara lain, Filipina, India, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Taipei, Thailand, dan Vietnam. Niko Partners memperkirakan, total gamers di negara-negara Asia-10 akan 788,7 juta orang pada 2022. Angka ini diduga akan naik menjadi 1,06 miliar orang pada 2026.

Sementara dari segi pemasukan, industri game di negara-negara Asia-10 diduga akan mencapai US$35,9 miliar pada 2022. Angka ini lebih rendah dari proyeksi Niko Partners pada 2021. Ada beberapa faktor yang membuat proyeksi pemasukan industri game di Asia-10 turun. Dua diantaranya, keadaan ekonomi makro global dan regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah di beberapa negara.

Selain itu, pemasukan dari beberapa segmen gaming juga tidak sebesar perkiraan. Beberapa segmen yang pemasukannya lebih rendah dari perkiraan adalah blockchain gaming, cloud gaming, dan metaverse. Untuk segmen cloud gaming, belum lama ini, Google bahkan mengumumkan bahwa mereka akan menutup Stadia pada tahun awal 2023.

Keadaan industri game di kawasan Asia-10. | Sumber: Niko Partners

Tentu saja, pemasukan industri game di 2022 akan mempengaruhi proyeksi industri game untuk beberapa tahun ke depan. Meskipun begitu, hingga 2026, pemasukan dari industri game di negara-negara Asia-10 diperkirakan masih akan naik, mencapai US$41,4 miliar.

Di kawasan Asia-10, dua negara yang memberikan kontribusi terbesar pada total pemasukan industri game adalah Jepang dan Korea Selatan. Kedua negara itu menyumbangkan 77% dari total pemasukan industri game di tahun ini. Menariknya, pemasukan industri game di Jepang sendiri sebenarnya justru mengalami penurunan, walau tidak besar.

Di 2022, pemasukan industri game Jepang turun 2,6% dari tahun sebelumnya. Sementara industri game di Korea Selatan justru stagnan. Meskipun begitu, hal ini tidak mengubah fakta bahwa Jepang dan Korea Selatan memiliki pasar game yang paling matang dibanding dengan negara-negara lain di kawasan Asia-10.

Setengah gamers di Asia-10 berasal dari India. | Sumber: Economic Times

Jika Jepang dan Korea Selatan menjadi kontributor terbesar pada total pemasukan industri game, India memberikan sumbangan paling besar dari segi jumlah gamers. Dengan jumlah penduduk mencapai 1,41 miliar orang, India merupakan negara dengan populasi terbesar ke-2, setelah Tiongkok. Dari semua penduduk India, sebanyak 396,4 juta orang merupakan gamers. Hal itu berarti, 50,2% dari total gamers di kawasan Asia-10 berasal dari India.

Tak berhenti sampai di situ, India juga merupakan negara dengan pasar game dengan tingkat pertumbuhan paling tinggi. Dalam periode selama 5 tahun -- dari 2022 sampai 2026 -- tingkat pertumbuhan industri game di India mencapai 21%. Selain India, dua negara lain yang memiliki angka pertumbuhan paling tinggi -- baik dari segi pemasukan maupun jumlah gamers -- adalah Thailand dan Filipina.

Pendorong dan Penghambat Pertumbuhan Industri Game

"Keadaan ekonomi makro global memperlambat laju pertumbuhan ekonomi, meningkatkan tingkat inflasi, membuat belanja konsumen menjadi lebih rendah, dan memunculkan kemungkinan resesi. Di hadapan semua ini, kami melihat spending para gamers akan turun di tahun ini," kata Lisa Hanson, President, Niko Partners, dalam blog resmi. Meskipun begitu, dia menambahkan, Niko Partners tetap optimistis akan prospek pertumbuhan industri game di Asia.

Menurut Hanson, salah satu karakteristik gamers Asia adalah cenderung ingin game dengan kualitas tinggi. Pada saat yang sama, mereka juga menginginkan harga yang adil untuk game yang mereka beli.

Kondisi ekonomi makro global merupakan salah satu faktor pertumbuhan industri game di Asia-10. Namun, ada beberapa hal yang justru mendorong pertumbuhan industri game, seperti esports.

Mengingat kondisi pandemi yang telah menjadi semakin terkendali, kompetisi esports kini sudah bisa digelar secara offline di Asia. Tak hanya itu, para penonton juga sudah kembali hadir di kompetisi offline. Belum lama ini, The International 10, turnamen tahunan Dota 2 paling bergengsi, digelar di Singapura.

Tahun ini, The International digelar di Singapura. | Sumber: ONE Esports

Di tahun ini, esports juga kembali menjadi cabang olahraga bermedali di SEA Games 2022. Keberadaan esports dalam ajang olahraga besar tidak hanya membuat competitive gaming menjadi dikenal oleh lebih banyak orang, tapi juga  membuatnya diterima oleh masyarakat luas. Sebelum ini, esports juga sudah pernah masuk menjadi cabang olahraga bermedali di SEA Games Manilla 2019 dan cabang olahraga eksibisi pada Asian Games Jakarta 2018.

Selain esports, hal lain yang mendorong pertumbuhan industri game di Asia adalah penggelaran jaringan 5G. Empat negara Asia-10 yang sibuk untuk memperluas jangkauan 5G dalam satu tahun belakangan adalah Singapura, Korea Selatan, Jepang, dan Taipei. Jika dibandingkan dengan tahun lalu, cakupan jaringan 5G di empat negara itu mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Terakhir, faktor yang membuat industri game tumbuh adalah harga GPU yang lebih murah dan ketersediaan konsol.

"Di semester kedua 2022, kami melihat keadaan industri game menjadi lebih kondusif berkat peluncuran jaringan 5G dan harga chip yang lebih murah," kata Hanson. "Kami melihat, industri esports di Jepang cukup menjajikan. Di sana, ekosistem esports masih ada dalam tahap awal."

Lebih lanjut Hanson menjelaskan, di Asia Tenggara, faktor pendorong pertumbuhan industri game adalah semakin banyaknya program edukasi game di tingkat universitas. "Ketika regulator memberikan bantuan pada pelaku industri dan membiarkan industri berkembang, saat itulah, pasar game akan tumbuh," ujarnya.

Sumber header: Pexels